Para Remaja Yang Tidak Bisa Lepas Dari Handphone

Di era yang sekarang serba digital ini membuat semua yang dulu terbatasi oleh ruang dan waktu, sekarang menjadi mudah hanya bermodalkan handphone saja. Contohnya saja media sosial, medis sosial merupakan sebuah media berbasis online dengan para penggunanya bisa dengan mudah berinteraksi satu sama lain tanpa terhalang oleh jarak sekalipun. Media sosial pun tiap tahunnya selalu berkembang menjadi lebih canggih lagi, dengan berkembangnya dunia teknologi, saat ini banyak media-media jejaring sosial yang menyedot perhatian banyak massa. Media sosial telah membawa perubahan yang luar biasa terhadap praktik komunikasi dalam masyarakat. Media sosial dapat diakses oleh siapapun dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa, sosial media menjadi aktivitas online terfavorit yang digunakan oleh publik hampir setiap hari. Dilansir dari sebuah artikel yang ditulis oleh Davidson pada tahun 2015 pengguna internet menghabiskan sekitar satu jam 40 menit per harinya di situs jejaring sosial. Global Web Index juga melaporkan pada tahun yang sama yaitu tahun 2015 mengenai trend terbaru yang berkaitan dengan jejaring sosial menemukan bahwa setiap empat menit yang dihabiskan seseorang di internet digunakan untuk membuka aplikasi sosial media.


Data terbaru dari hasil riset We Are Social, salah satu lembaga riset media sosial asal Inggris bersama Hootsuite yang dirilis Januari 2019 mengungkapkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 150 juta orang dari total populasi sebesar 268,2 juta jiwa. Dari data tersebut membuktikan betapa besarnya penggunaan media sosial dikalangan masyarakat. Hasil riset tersebut juga mengungkapkan terjadinya peningkatan penggunaan media sosial dibanding tahun sebelumnya, dan pengguna media sosial didominasi oleh kalangan remaja. Perkembangan dunia teknologi yang pesat, serta cepatnya arus globalisasi menjadikan jarak antar tempat semkin menipis, sosial media pun sudah seperti makanan sehari-hari bagi semua orang. Pengguna media sosial memang tidak memandang usia, akan tetapi kalangan remaja lah yang menjadi sorotannya dalam penggunaan media sosial, bahkan media sosial dan remaja seperti dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 


Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu Adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih baik dan luas yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa akan tetapi juga bukan anak-anak lagi. Masa remaja adalah masa yang berada di antara masa anak-anak dan dewasa, jadi dalam menyikapi suatu hal remaja terkadang masih belum yakin dengan keputusannya sendiri. Tak dapat dipungkiri juga bahwa remaja menjadi pengguna media sosial yang paling banyak, hingga media sosial ikut andil dalam pembentukkan karakter remaja sekarang. Secara etimologis kata karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu charassein yang berarti “to engrave” (Kevin Ryan & Karen E. Bohlin, 1999). Kata “to engrave” dapat diterjemahkan “mengukir, melukis”. Makna ini dapat dikaitkan dengan persepsi bahwa karakter adalah lukisan jiwa yang termanifestasi dalam perilaku. Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan “tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Bisa dikatakan karakter dapat terlihat dari perilaku, remaja sekarang tanpa sadar memiliki karakter yang tidak mencerminkan dengan budaya Indonesia. Bisa kita lihat banyak sekali remaja dalam menggunakan media sosial tidak mencerminkan karakter bangsa Indonesia serta remaja islam yang santun, hanya demi mengikuti trend yang tak ada habisnya. 


Contoh kasus pengaruh media sosial terhadap remaja yang pernah terjadi pada tahun 2018, saling ejek di media sosial 3 remaja tewaskan pelajar SD dan SMP. Polres Jakarta Timur mengamankan tiga tersangka yang diduga terlibat tawuran di kawasan Ciracas, Jakarta Timur pada hari minggu tanggal 11 Februari 2018 dini hari. Pada kejadian tawuran tersebut menewaskan dua pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Dan mirisnya lagi 3 tersangka masih berusia dibawah 17 tahun, peristiwa itu bermula dari saling ejek di media sosial dan berlanjut bentrokan, korban tewas karena terkena senjata tajam. Dalam media sosial semua orang bebas berkomentar dengan garis bawah komentar yang ditulis adalah komentar yang baik dan sopan, akan tetapi kita tidak bisa mencegah jari seseorang untuk berkomentar seperti apa. Dari kasus tersebut bisa kita petik bahwa usia mereka berada di usia yang dalam bertindak masih emosional, peran orang tua dan guru sangat penting dalam hal ini. Sebisa mungkin orang tua harus mengecek atau mengawasi apa yang anaknya lakukan di media sosial, dan beri wejangan untuk menggunakan media sosial dengan bijak. Selain peran orang tua peran sekolah juga sangat penting.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stigma Masyarakat Desa tentang Perempuan Berpendidikan

Resensi Novel "Midnight Stories"

Moderasi Beragama