Stigma Masyarakat Desa tentang Perempuan Berpendidikan

 Perempuan yang berpendidikan tinggi selalu menjadi pembahasan yang menarik untuk dibicarakan. Di era yang serba digital ini pun tak jarang masih ada saja yang kurang setuju, jika seorang perempuan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, khususnya masyarakat yang hidup di pedesaan. Kesadaran masyarakat pedesaan tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan sangatlah rendah, masyarakat pedesaan cenderung berfikir untuk apa seorang perempuan sekolah tinggi-tinggi jika setelah menikah, akhirnya pun seorang perempuan tetap mengerjakan urusan rumah dan mengasuh anak. Presepsi seperti inilah yang pada akhirnya mematahkan semangat para perempuan yang ingin menlanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Selain itu perempuan memiliki banyak kendala dalam mengenyam pendidikan. Kendala yang berat bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan adalah ekonomi dan stigma masyarakat mengenai pendidikan yang melekat pada diri seorang perempuan. Kebanyakan orang berpendapat jika perempuan tidak memiliki kewajiban untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi seperti halnya laki-laki. Seharusnya tidak ada batasan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama. Bukahkan R.A Kartini berhasil melawan diskriminasi yang dialami para perempuan pada masa itu? Perempuan yang tinggal di pedesaan pun harusnya sudah bebas menyalurkan semua ide-ide kreatif dan bakat yang dimilikinya, memiliki kesempatan untuk mengejar mimpi dan cita-citanya, serta dapat memiliki pendidikan  yang sama seperti laki-laki. Pendidikan merupakan kebutuhan semua orang tak memandang gender, usia, bahkan status sosial seseorang. Perempuan yang pintar kelak akan melahirkan anak yang cerdas karena didikan yang ia berikan. Perempuan merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya kelak, sekaligus guru bagi anak-anaknya kelak, yang mana berarti akan membimbing serta membentuk karakter dan kepribadian si anak juga. 

Pendidikan yang tinggi juga menjadi salah satu jalan bagi perempuan untuk menyelamatkan diri. Salah satunya sebagai pencegah dari menikah pada usia terlalu muda, dengan pendidikan perempuan diharapkan sadar akan masa depan dirinya. Perempuan yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung tidak akan bergantung kepada laki-laki, apalagi di era saat ini perempuan dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan segala aktivitasnya. Selain itu terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa perempuan yang berpendidikan tinggi dan cerdas akan menyikapi segala sesuau dengan pikiran yang tenang, dengan logika yang bisa diterima dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. Di pedesaan masih banyak kasus mengenai perempuan yang hanya dapat mengenyam pendidikan sekolah menengah saja, atau bahkan putus sekolah karena faktor orang tua yang menganjurkan untuk langsung menikah dan masalah ekonomi. Sebagain masyarakat pedesaan belum memiliki pandangan maupun pola pikir terbuka dan maju untuk masa depan anaknya, sehingga mereka lebih mempriotaskan anaknya untuk menikah atau langsung bekerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Midnight Stories"

Moderasi Beragama